Sains Dalam Dunia Islam

Sebenarnya saya tidak bermaksud melihat sejarah hanya untuk bernostalgia. Apalagi kalau hanya sebagai alat menghibur diri akan keperihatinan yang memilukan saat ini. Sejarah tidak hanya sebagai suatu peristiwa yang terkubur  pada lipatan waktu yang semakin lama, semakin dalam.  Tapi ia dapat kita jadikan sebagai referensi untuk bangkit dari keterpurukan.  Sebagaimana yang tercatat dalam buku sejarah bahwa dunia Islam pernah bersinar dengan cahaya yang sangat terang. Menyinari hingga semua pelosok jagat raya. Pada masa ini di sebut juga masa keemasan dunia Islam. Masa keemasan pada abad pertengahan. Para ulama dan ilmuwan muslim menjadi pelopor dan penggerak dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Tidak hanya dalam hal ilmu-ilmu keagamaan, tapi juga mencakup semua bidang ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu social, kedokteran, astronomi, ilmu hitung, dan filsafat.

Dalam bidang ilmu fiqih dan ushul fiqih ada ilmuwan muslim di antaranya Abu Hanifah al-Nu’ma bin Sabit yang dikenal dengan Imam Hanafi (669-767), Malik bin Anas yang lebih kita kenal dengan Imam Malik (712-798), Imam Syafi’I (767-820), dan Imam Hambali (780-855).[1]

Selanjutnya dalam perkembangan ilmu teologi ada tokoh seperti Abu Hasan al-Asy’ari (873-935), al-Jubba’I (w.303 H), Abu Mansur Muhammad al-Maturidi (w.944), dan Abu Yusr al-Bazdawi (421-493 H).[2] Dalam bidang hadis ada beberapa nama besar di antaranya Imam Bukhari (w.870), Imam Muslim (875), al-Turmudzi (w.892), dan al-Nasai (w.915). Dalam lapangan tasawuf kita kenal Hasan al-Basri (642-728), Rabi’ah al-Adawiyah (714-801), Abu Nasr Bisyr al-Hafi (767-841), Zunnun al-Misri (w.860), al-Ghazali (w. 1111), dan Hallaj.[3]

Banyak penemuan para ilmuwan muslim jauh sebelum ditemukan oleh para ilmuwan barat. Diantaranya; Al-Biruni adalah salah seorang ilmuwan muslim abad ke-11. Ia sudah mengetahui bahwa bumi berotasi pada sumbunya 600 tahun sebelum Galileo, dan menghitung lingkar bumi 700 tahun lebih dulu sebelum Newton[4]. Abu Ma’shar Al-balkhi merupakan seorang ilmuwan muslim dan sebagai saintis pertama yang menyanggah Arestoteles. Abu Ma’shar al-Balkhi menyanggah pendapat Arestoteles yang menyatakan bahwa dia telah mengamati komet-komet di sfera planet venus[5].

Abdul Latif al- Baghdadi (1162-1231) terkenal karena studinya dalam bidang anatomi. Ia mengoreksi kekeliruan yang dibuat di masa lalu dalam studi anatomis terhadap banyak tulang tubuh, seperti rahang dan tulang dada[6]. Abdul Rahman as-Sufi ialah imuwan muslim yang ahli dalam ilmu perbintangan dan penulis buku astronomi berilustrasi paling tua. Karya “masterpiece” nya yang paling terkenal adalah sebuah deskripsi perihal bintang-bintang yang posisinya sudah tertentu (fixed stars) yang ditulisnya pada tahun 355/965[7].

Ali Kushchu, seorang ilmuwan muslim pada abad ke-15 adalah orang pertama yang membuat peta bulan dan suatu daerah dibulan telah dinami dengan namanya. Tsabit ibn Qurrah, yang hidup pada abad ke-9, menemukan kalkulus diferensial berabad-abad sebelum Newton. Battani ilmuwan muslim pada abad ke-10 adalah pengembang pertama trigonometri. Al Khawarizmi menulis buku aljabar pertama pada abad ke-9. Al-Maghribi, menemukan persamaan yang saat ini dikenal sebagai segitiga pascal, sekitar 600 tahun sebelum Pascal.

Ibn al- Haitsam yang hidup pada abad ke-11 adalah penemu optik, dan Galileo menemukan teleskop merujuk pada karyannya.  Al-Kindi mengenalkan fisika relatif dan teori relativitas 1100 tahun sebelum Einstein. Syamsuddin yang hidup sebelum 400 tahun sebelum Pasteur, adalah orang pertama yang menemukan keberadaan kuman. Ali ibnul Abbas yang hidup pada abad ke-10 adalah orang pertama yang melakukan operasi bedah kanker. Pada abad yang sama, Ibnu Al-Jirr memperkenalkan metode perawatan lepra[8].

Itulah beberapa tokoh ilmuwan muslim serta perkembangan ilmu pengetahuan yang pernah dicapai oleh dunia Islam. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan itu masih dapat kita rasakan hingga sekarang ini. Walaupun pada perkembangan berikutnya memang harus kita akui bahwa ilmu pengetahuan dalam dunia Islam mengalami penurunan drastis. Terutama pada akhir abad tiga belas hingga abad delapan belas. Dunia islam tenggelam dalam kegelapan. Dan banyak hal yang menyebabkan itu semua, baik factor internal maupun eksternal. Hingga sekitar akhir abad delapan belas, tanda-tanda kebangkitan itu mulai terlihat. Dunia Islam pelan-pelan sadar akan ketertinggalannya dan terus berusaha maju hingga sekarang. Saya optimis dunia Islam mampu berperan aktif dan mencapai puncaknya ilmu pengetahuan seperti yang pernah ia raih pada masa lalu.

Jakarta, 09 Februari 2015

Armawan Ar-Rhaflizh

[1]Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), cet. 5 hal. 158

[2] Ibid, hal. 159

[3] Ibid, hal. 160

[4] Harun Yahya, Al-Qur’an dan Sains; memahami metodologi bimbingan Al-Qur’an bagi sains, (Bandung: dzikra, 2004), hal. 64

[5] M. Natsir Arsyad, cendikiawan muslim dari khalili sampai Habibie, (Jakarta: PT raja grafindo persada, 2000), hlm. 11

[6] Harun Yahya, Al-Qur’an dan Sains; memahami metodologi bimbingan Al-Qur’an bagi sains, (Bandung: dzikra, 2004), hlm. 63

[7]  M. Natsir Arsyad, cendikiawan muslim dari khalili sampai Habibie, (Jakarta: PT raja grafindo persada, 2000), hlm. 1

[8] Harun Yahya, Al-Qur’an dan Sains; memahami metodologi bimbingan Al-Qur’an bagi sains, (Bandung: dzikra, 2004), hlm. 66

Tentang Rhaflizh

Armawan Ar-Rhaflizh lahir di Bengkulu
Pos ini dipublikasikan di Metodologi Study Islam, my writing. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar