Sains; Penentu Derajat Manusia

Membahas tentang ilmu pengetahuan memang selalu menarik. Suatu pembahasan yang tidak habis-habisnya, karena ia selalu memancarkan cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Semakin di bahas dan dikaji, maka semakin terang pula cahaya itu. dengan cahaya itu, manusia menjadi tahu sesuatu di sekitarnya. Tahu jalan yang harus ia lalui. Dan tahu cara serta tujuan hidupnya. Tanpa adanya ilmu pengetahuan, maka yang ada hanya kegelapan-kegelapan yang menakutkan. Di tengah kegelapan manusia akan takut jatuh, takut celaka, takut salah jalan, dan takut mencoba. Akhirnya ia hanya akan diam tanpa berbuat apa-apa. Dengan ilmu pengetahuan yang menjadi cahayanya, manusia akan mendapatkan kemuliaan. Sebagaimana firman Tuhan:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( QS. Al- Mujadilah: 11)

Dalam ayat ini Allah menyatakan akan memuliakan atau meninggikan derajat orang yang di beri ilmu pengetahuan. Lalu pertanyaannya adalah siapakah orang-orang di beri ilmu (utu al-‘ilm) tersebut? Dan ilmu seperti apa yang dimaksud ayat itu?. untuk menjawab dua pertanyaan itu, tentu terlebih dahulu kita harus tahu apa yang dimaksud dengan ilmu itu sendiri.

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang berarti pengetahuan , merupakan lawan dari kata jahl  yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan.[1] Kata ilmu juga biasanya disepadankan dengan bahasa Arab lainnya. Misalnya dengan kata ma’rifah (pengetahuan), fiqih (pemahaman),  dan hikmah (kebijaksanaan). Sedangkan yang paling sring disepadankan dengan ilmu ialah ma’rifah atau pengetahuan.

Ada dua jenis pengetahuan: pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Dalam bahasa inggris biasanya jenis pengetahuan ini disebut knowledge. Pengetahuan ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan, dan manfaat pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis  dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa inggris di sebut science.[2] Ilmu yang dimaksud di sini adalah pengetahuan jenis ke dua. Jadi,  Orang yang akan diangkat derajatnya di sisi Allah sebagaimana di sebutkan pada ayat di atas adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau science (sains).[3]

Jakarta, 08 Februari 2015

Armawan Ar-Rhaflizh

[1]               Ensiklopedi Islam, jilid 2, (Jakarta: Van Hoeve Ichtiar Baru, 1997), cet. Ke-4, hal. 201

[2]               Ibid, hal. 201

[3]               Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-5, hal. 156

Tentang Rhaflizh

Armawan Ar-Rhaflizh lahir di Bengkulu
Pos ini dipublikasikan di Metodologi Study Islam, my writing. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar